Resume Kelompok 7
A.
Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan
1.
Konsep Bimbingan
Bimbingan merupakan terjemahan dari “Guidance”. Guidance berasal dari akar kata “Guide” yang secara luas bermakna mengarahkan (to direct), memandu (to pilot),
mengelola (to manage), menyampaikan (to descript), mendorong (to motivate), membantu mewujudkan (helping to create), memberi (to giving), bersunguh-sungguh (to commit). Sehingga bila dirangkai
dalam sebuah kalimat konsep, Bimbingan adalah usaha sadar secara demokratis dan
sungguh-sungguh untuk memberikan bantuan dengan menyampaikan arahan, panduan,
dorongan, dan pertimbangan agar yang diberi bantuan mampu mengelola, mewujudkan
apa yang menjadi harapannya.
2.
Konsep
Pembelajaran dan Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Belajar adalah proses
perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam
bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan
kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilam, daya pikir,
dan kemampuan-kemampuan yang lain. pembelajaran berbasis bimbingan itu
sangatlah penting untuk diterapkan karena pembelajaran yang baik, tidak hanya
berorientasi pada pencapaian kognitif saja, akan tetapi dapat menghasilkan
sebuah output berupa lahirnya
perubahan perilaku peserta didik yang positif dan normatif. Maka, menurut
Budiman (Najjah, 2015), pembelajaran berbasis bimbingan seharusnya berlandaskan
pada prinsip-prinsip bimbingan yaitu:
a. Didasarkan
pada Needs assessment (sesuai dengan
kebutuhan)
b. Dikembangkan
dalam suasana membantu (helping
relationship)
c. Bersifat
memfasilitasi
d. Berorientasi
pada: (1) learning to be (belajar
menjadi); (2) learning to learn
(belajar untuk belajar); (3) learning to
work (belajar untuk bekerja dan berkarir); (4) learning to live together (belajar untuk hidup bersama).
e. Tujuan
utama perkembangan potensi secara optimal.
3.
Ciri-ciri
Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Menurut
Kartadinata dan Dantes (dalam Mariyana, 2008, hlm. 2) pembelajaran berbasis
bimbingan memiliki ciri-ciri berikut:
a. Diperuntukkan
bagi semua siswa.
b. Memperlakukan
siswa sebagai individu yang unik dan sedang berkembang.
c. Mengakui
siswa sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan.
d. Terarah
ke pengembangan segenap aspek perkembangan anak secaramenyeluruh dan optimal.
e. Disertai
dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai minat,
potensi, dan kapabilitas siswa sesuai dengan norma-norma kehidupan yang dianut.
4.
Prinsip-prinsip
Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Pembelajaran berbasis
bimbingan merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada prinsip-prinsip
bimbingan sehingga prinsip-prinsip pembelajaran berbasis bimbingan pun tidak
terlepas dari prinsip-prinsip bimbingan yaitu:
a. Proses
membantu individu
b. Bertitik
tolak pada individu yang dibimbing
c. Didasarkan
pada pemahaman atas keragaman individu yang dibimbing
d. Pada
batas tertentu perlu ada referal
e. Dimulai
dengan identifikasiatas kebutuhan individu
f. Diselenggarakan
secara luwes dan fleksibel
g. Sejalan
dengan visi dan misi lembaga
h. Dikelola
dengan orang yang memiliki keahlian di bidang bimbingan
i. Ada
sistem evaluasi yang digunakan
Adapun pembelajaran
yang berlandaskan pada prinsip-prinsip bimbingan menurut Budiman (2008) adalah:
a. Didasarkan
pada Needs Assesment
b. Dikembangkan
dalam Suasana Membantu (Helping
Relationship)
c. Empati
d. Keterbukaan
e. Kehangatan
psikologis
f. Realistis
g. Bersifat
memfasilitasi
h. Berorientasi
pada: Learning to be, Learning
to learn, Learning to work, Learning to live together
i.
Tujuan utama perkembangan potensi secara
optimal.
5.
Model-model
Pembelajaran yang Berorientasi pada Pengembangan Individu
Menurut
Malau (2006, hlm.3) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas pembelajaran. Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar
merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis. Model pembelajaran
dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model
pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dalam
hal ini, model-model pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan individu
yang dapat dipilih guru antara lain:
a.
Model
Pemrosesan Informasi
Model pembelajaran ini berdasarkan teori
belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan siswa memproses
informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Teori pemrosesan informasi atau kognitif
dipelopori oleh Robert Gagne (1985). Asumsinya pembelajaran merupakan faktor
yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil komulatif
dari pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang
kemudian diolah sehingga menghasilkan output
dalam bentuk hasil belajar.
b.
Model
Personal
Perhatian utama dari model personal ada pada
emosional siswa untuk mengembangkan hubungan yang produktif dengan
lingkungannya. Model pembelajaran personal adalah model pembelajaran yang
bertitik tolak pada teori Humanistik, yaitu berorientasi terhadap pengembangan
individu. Menurut teori ini, guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang
kondusif, agar siswa merasa bebas dalam belajar dan mengembangkan dirinya baik
emosional maupun intelektual. Model pembelajaran personal ini meliputi strategi
pembelajaran sebagai berikut: Pembelajaran Non-Direktif, Latihan kesadaran,
Sinektik, Sistem konseptual.
c.
Model Interaksi Sosial
Model pembelajaran interaksi sosial ini didasari
oleh teori belajar Gestalt (field theory).
Model ini menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu dengan
masyarakat (learning to life together).
Sehingga dengan model pembelajaran ini, hal yang diharapkan dapat dikembangkan
oleh siswa adalah bagaimana berhubungan secara baik dengan masyarakatnya. Model
interaksi sosial ini mencakup strategi pembelajaran sebagai berikut: kerja
kelompok, pertemuan kelas, pemecahan masalah sosial, model laboratorium,
bermain peranan, simulasi solusi.
d.
Model Modifikasi Tingkah Laku
Model pembelajaran modifikasi tingkah laku bertitik
tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem
yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku
dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement).
Model ini, lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan yang
tidak dapat diamati. Dalam hal ini, peran guru adalah selalu memperhatikan terhadap
tingkah laku belajar siswa.
e.
Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya
Model pembelajaran terpadu berbasis budaya yang
dikembangkan untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal dan
dikembangkan berdasarkan pengalaman awal budaya siswa. Komponen desainnya
terdiri atas tema budaya lokal, alat mediadan sumber yang beragam dan
kontekstual, serta komponen penilaian menekankan pada penilaian proses dan
hasil. Implementasinya terdiri atas tiga tahap yakni pengondisian, penciptaan
makna dna konsolidasi (Alexon dan Sukmadinata, 2010, hlm. 201).
f.
Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran
yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang
tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap
anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami
materi pelajaran. Langkah-langkah pembelajaran Cooperative Learning menurut
Arends (dalam Fatirul, 2008, hlm. 20) adalah: Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa, menyajikan informasi, mengorganisasikan siswa kedalam
kelompok-kelompok belajar, membimbing kelompok bekerja dan belajar, evaluasi, memberikan
penghargaan.
g.
Model
pembelajaran kontekstual
Menurut Trianto (dalam Riadi, 2013)
pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari. Tugas guru pada model pembelajaran
kontekstual ini adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Tugas guru mengelola
kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama menemukan sesuatu yang baru bagi
siswa. Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa dalam konteks bermakna yang
menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan
sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peranan guru.
h.
Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning)
Menurut Glazer (dalam Nurfianti, 2011) mengemukakan Problem Based Learning merupakan suatu
strategi pengajaran dimana siswa secara aktif dihadapkan pada masalah kompleks
dalam situasi yang nyata. Tahap-tahap pembelajaran Problem Based Learning menurut Trianto (dalam Nurfianti, 2011)
adalah: Orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa, membimbing
penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil, menganalisis
dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar