Resume
Kelompok 6
A.
Masalah-masalah Siswa di Sekolah
Siswa di sekolah sebagai manusia
(individu) dapat dipastikan memiliki masalah, tetapi kompleksitas
masalah-masalah yang dihadapi oleh individu yang satu dengan yang lainnya
tentulah berbeda-beda. Tohirin (2007: 111) mengungkapkan bahwa siswa di sekolah akan mengalami masalah-masalah yang berkenaan
dengan:
1. Perkembangan
individu,
2. Perbedaan
individu dalam hal: kecerdasan, kecakapan, hasil belajar, bakat, sikap,
kebiasaan, pengetahuan, kepribadian, cita-cita, kebutuhan, minat, pola-pola dan
tempo perkembangan, ciri-ciri jasmaniah, dan latar belakang lingkungan,
3. Kebutuhan
individu dalam hal: memperoleh kasih sayang, memperoleh hargadiri, memperoleh
penghargaan yang sama, ingin dikenal, memperoleh prestasi dan posisi, untuk
dibutuhkan orang lain, merasa bagian dari kelompok, rasa aman dan perlindungan
diri, dan untuk memperoleh kemerdekaan diri,
4. Penyesuaian diri
dan kelainan tingkah laku,
5. Masalah belajar.
M. Hamdan Bakran Adz-Dzaky (2004) mengklasifikasikan masalah
individu termasuk siswa sebagai berikut:
1. Masalah atau
kasus yang berhubungan problematika individu dengan Tuhannya.
2. Masalah individu
dengan dirinya sendiri.
3. Individu dengan
lingkungan keluarga.
4. Individu dengan
lingkungan kerja.
5. Individu dengan
lingkungan sosialnya.
Semua masalah di atas harus
diidentifikasi oleh guru pembimbing di sekolah, sehingga bisa menetapkan sekala
prioritas masalah mana yang harus dibicarakan terlebih dahulu dalam pelayanan
bimbingan dan konseling. Masalah – masalah diatas juga harus menjadi
pertimbangan bagi guru pembimbing di sekolah
dalam menyusun program bimbingan dan konseling.
Beberapa
contoh masalah-masalah di sekolah yang dikemukakan dalam Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling:
1. Prestasi
belajar rendah; di bawah rata-rata; merosot.
Gambaran lebih rinci:
a.
Nilai rapor banyak
merahnya;
b.
Nilai tugas, ulangan
dan ujian rendah;
c.
Dari waktu ke waktu
nilai menurun;
d.
Mendapat peringkat di
bawah rata-rata untuk berbagai atau beberapa mata pelajaran;
e.
Mendapat peringkat di
bawah rata-rata dalam satu kelas.
2. Kurang
berminat pada bidang studi tertentu.
Gambaran yang lebih
rinci:
a.
Tidak dapat memusatkan
perhatian untuk mempelajari materi-materi yang terkait pada bidang studi
tersebut;
b.
Berusaha tidak
mengikuti mata pelajaran yang bersangkutan dengan bidang studi tersebut;
c.
Tidak mengerjakan
tugas-tugas dalam mata pelajaran tersebut.
3. Bentrok
dengan guru.
Gambaran yang lebih
rinci:
a.
Tidak mengikuti
pelajaran dengan guru tersebut;
b.
Tidak mau bertemu
dengan guru tersebut;
c.
Jika bertemu tidak mau
menegur guru tersebut;
4. Melanggar
tata tertib.
Gambaran yang lebih
rinci:
a.
Sejumlah tata tertib
sekolah tidak dipatuhi, misalnya: tentang kehadiran di sekolah, baju seragam,
tempat duduk dalam kelas, penyelesaian tugas-tugas;
b.
Pelanggaran tersebut
kelihatannya bukan tanpa disengaja;
c.
Pelanggaran tersebut dilakukan
berkali-kali.
5. Membolos.
Gambaran yang lebih
rinci:
a.
Berhari-hari tidak
masuk sekolah;
b.
Tidak masuk sekolah
tanpa izin;
c.
Sering keluar pada jam
pelajaran tertentu;
d.
Tidak masuk kembali
setelah minta izin;
6. Terlambat
masuk sekolah.
Gambaran yang lebih rinci:
a.
Sering tiba di sekolah
setelah jam pelajaran dimulai;
b.
Memakai waktu
istirahat melebihi waktu yang ditentukan;
c.
Sengaja
melambat-lambatkan diri masuk kelas meskipun tahu jam pelajaran sudah mulai.
7. Pendiam.
Gambaran yang lebih
rinci:
a.
Kurang mau berbicara
atau bertegur sapa;
b.
Kurang akrab terhadap
teman atau guru;
c.
Tidak ceria.
8. Kesulitan
alat pelajaran.
Gambaran yang lebih
rinci:
a.
Tidak memiliki
buku-buku untuk berbagai mata pelajaran;
b.
Tidak cukup memiliki
buku dan alat-alat tulis;
c.
Tidak mampu membeli
alat-alat pelajaran, seperti alat-alat untuk praktek berbagai mata pelajaran.
9. Bertengkar
atau berkelahi.
Gambaran yang lebih
rinci:
a.
Sering salah paham
dengan kawan;
b.
Sombong;
c.
Memperolokkan,
mengejek dan menantang orang lain;
10. Sukar
menyesuaikan diri
Gambaran yang lebih
rinci:
a.
Sering terjadi salah
paham dengan kawan;
b.
Sombong atau tinggi
hati;
c.
Suka
membanding-bandingkan dan menjelekkan orag lain;
d.
Tidak mau menerima
pendapat orang lain;
B.
Pendekatan-pendekatan Umum dalam Bimbingan dan Konseling
Dilihat
dari pendekatan bimbingan, bimbingan itu dibagi menjadi 4 pendekatan yaitu :
(1) pendekatan krisis; (2) pendekatan remedial; (3) pendekatan preventif; dan (4) pendekatan
perkembangan.
1.
Pendekatan
Krisis
Pendekatan krisis adalah upaya bimbingan
yang diarahkan kepada individu yang mengalami krisis atau masalah. Bimbingan
bertujuan untuk mengatasi krisis atau masalah-masalah yang dialami individu. Dalam
pendekatan krisis ini, guru BK menunggu siswa yang datang, selanjutnya mereka
memberikan bantuan sesuai dengan masalah yang dirasakan siswa.
2.
Pendekatan
Remedial
Pendekatan remedial adalah upaya
bimbinngan yang diarahkan kepada individu yang mengalami kesulitan. Tujuan
bimbingan adalah untuk memperbaiki kesulitan-kesulitan yang dialami
individu. Dalam pendekatan ini guru BK memfokuskan pada kelemahan-kelemahan
individu yang selanjutnya berupaya untuk memperbaikinya.
3.
Pendekatan
Preventif
Pendekatan preventif adalah upaya
bimbingan yang diarahkan untuk mengantisipasi masalah-masalah umum individu dan mencoba jangan
sampai terjadi masalah tersebut pada individu. Guru BK berupaya untuk
mengajarkan pengetahuan dan keterampilan untuk mencegah masalah tersebut pada
individu .
4.
Pendekatan
Perkembangan
Bimbingan dan konseling yang
berkembang pada saat ini adalah bimbingan dan konseling perkembangan. Visi
bimbingan dan konseling adalah edukatif ,
pengembangan, dan outreach. Edukatif karena
titik berat kepedulian bimbingan dan konseling terletak pada pencegahan dan
pengembangan, bukan pada korektif atau terapeutik., walaupun hal itu tetap ada
dalam kepedulian bimbingan dan konseling perkembangan.
C.
Strategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling
Istilah strategi berasal dari kata benda
strategos, merupakan gabungan kata stratos (militer) dengan ago (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan (to plan). Menurut kamus The American Herritage Dictionary (1976:
1273) (Nurihsan, 2007: 9) dikemukakan bahwa ‘strategy is the scince or art of military command as applied to overall
planning and conduct of large-scale combat operations’. Selanjutnya,
dikemukakan pula bahwa strategi adalah ‘the
art or skill of using stratagems (a military manoeuvre) designed to deceive or
surprise an enemy in politics, business, courtships, or the like’.
Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa
yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegaiatan, dan sarana
penunjang kegiatan. Strategi yang diterapkan dalam layanan bimbingan dan
konseling disebut strategi layanan bimbingan dan konseling. Strategi bimbingan
dan konseling dapat berupa konseling individual, konsultasi, konseling
kelompok, bimbingan kelompok, dan pengajaran remedial, bimbingan klasikal, dan strategi
terintegrasi.
1.
Konseling
Individual
Konseling
individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam
wawancara antara guru BK dan siswa. Siswa yang mengalami masalah pribadi yang
sulit atau tidak bisa diselesaikan sendiri, kemudian meminta bantuan kepada
guru BK sebagai petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan
dan keterampilan psikologi. Menurut Nurihsan (2007: 11) teknik yang digunakan
dalam konseling individual yaitu: a) Menghampiri siswa; b) empati; c) refleksi;
d) eksplorasi; e) menangkap pesan utama; f) bertanya untuk membuka percakapan;
g) bertanya tertutup; h) dorongan minimal; i) interpretasi; j) mengarahkan; k)
menyimpulkan sementara; l) memimpin; m) memfokus; n) konfrontasi; o)
menjernihkan; p) memudahkan; q) diam; r) mengambil inisiatif; s) memberi nasihat;
t) memberi informasi; u) merencanakan; dan v) menyimpulkan. Secara umum
Nurihsan (2007) membagi proses konseling individual ke dalam tiga tahapan
yaitu: a) tahap awal konseling, b) tahap pertengahan konseling, dan c) tahap
akhir konseling.
2.
Konsultasi
Teknik lain dalam program
bimbingan adalah konsultasi. Konsultasi merupakan salah satu strategi bimbingan
yang penting sebab banyak masalah karena sesuatu hal akan lebih berhasil jika
ditangani secara tidak langsung oleh guru BK. Konsultasi dalam pengertian umum
dipandang sebagai nasihat dari seseorang yang profesional. Pengertian
konsultasi dalam program bimbingan dipandang sebagai suatu proses menyediakan
bantuan teknis untuk guru, orang tua, administrator, dan guru BK lainnya dalam
mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas siswa atau
sekolah.
Menurut
Nurihsan (2007) ada delapan tujuan konsultasi, yaitu:
a) Mengembangkan
dan menyempurnakan lingkungan belajar bagi siswa, orang tua, dan administrator sekolah;
b) Menyempurnakan
komunikasi dengan mengembangkan informasi diantara orang yang penting;
c) Mengajak
bersama pribadi yang memiliki peranan dan fungsi yang bermacam-macam untuk
menyempurnakan lingkungan belajar;
d) Memperluas
layanan dari para ahli;
e) Memperluas
layanan pendidikan dari guru dan administrator;
f) Membantu
orang lain bagaimana belajar tentang perilaku;
g) Menciptakan
suatu lingkungan yang berisi semua komponen lingukngan belajar yang baik;
h) Menggerakkan
organisasi yang mandiri;
3.
Bimbingan
Kelompok
Strategi lain dalam layanan bimbingan
dan konseling adalah bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk
mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri siswa. Isi kegiatan
bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan
masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang tidak disajikan
dalam bentuk pelajaran. Penyelenggaraan bimbingan kelompok, menurut Nurihsan
(2007), memerlukan persiapan dan praktik pelaksanaan kegiatan yang memadai,
dari langkah awal sampai dengan evaluasi dan tindak lanjutnya.
Menurut Nurihsan (2007: 21) hasil
penilain kegiatan bimbingan kelompok perlu dianalisis untuk mengetahui lebih
lanjut seluk beluk kemajuan para peserta dan seluk beluk penyelenggaraan
bimbingan kelompok. Perlu dikaji apakah hasil-hasil pembahasan dan atau
pemecahan masalah yang sudah dilakukan sedalam atau setuntas mungkin, atau
sebenarnya masih ada aspek-aspek penting yang belum dijangkau dalam pembahasan.
4.
Konseling
Kelompok
Strategi berikutnya dalam
melaksanakan program bimbingan adalah konseling kelompok. Konseling kelompok
merupakan upaya bantuan kepada siswa dalam rangka memberikan kemudahan dalam
perkembangan dan pertumbuhannya. Selain bersifat pencegahan, konseling kelompok
dapat pula bersifat penyembuhan. Konseling kelompok adalah suatu upaya bantuan
kepada siswa dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan,
dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan
pertumbuhannya. Prosedur konseling kelompok sana dengan bimbingan kelompok,
yaitu terdiri dari:
a) tahap
pembentukan, dengan temanya pengenalan, perlibatan, dan pemasukan diri;
b) tahap
peralihan, dengan temanya pembangunan jembatan antara tahap pertama dan tahap
ketiga;
c) tahap
kegiatan, dengan temanya kegiatan pencapaian tujuan;
d) tahap
pengakhiran, dengan temanya penilaian dan tindak lanjut.
5.
Pengajaran
Remedial
Menurut Makmun (dalam Nurihsan,
2007: 23) pengajaran remedial dapat didefinisikan sebagai upaya guru untuk
menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu atau kelompok siswa
tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga dapat
memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan, dengan melalui suatu
proses interaksi yang berencana, terorganisasi, terarah, terkoordinasi,
terkontrol dengan lebih memperhatikan taraf kesesuaiannya terhadap keragaman
kondisi objektif individu dan atau kelompok siswa yang bersangkutan serta daya
dukung sarana dan lingkungannya. Strategi dan teknik pengajaran remedial dapat
dilakukan secara preventif, kuratif, dan pengembangan. Tindakan pengajaran
remedial dikatakan bersifat kuratif jika dilakukan setelah program PBM utama
selesai diselenggarakan.
6.
Bimbingan
Klasikal
Menurut Sudrajat, bimbingan
klasikal termasuk ke dalam strategi untuk layanan dasar bimbingan. Layanan
dasar diperuntukkan bagi semua siswa. Hal ini berarti bahwa dalam peluncuran
program yang telah dirancang, menuntut guru BK untuk melakukan kontak langsung
dengan para siswa di kelas. Secara terjadwal, guru BK memberikan layanan
bimbingan kepada para siswa. Kegiatan layanan dilaksanakan melalui pemberian
layanan orientasi dan informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat
bagi siswa. Layanan orientasi pada umumnya dilaksanakan pada awal pelajaran,
yang diperuntukan bagi para siswa baru, sehingga memiliki pengetahuan yang utuh
tentang sekolah yang dimasukinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar