TERTAWALAH SEBELUM TERTAWA ITU DILARANG - WARKOP DKI

Selasa, 14 April 2015

MASALAH-MASALAH SISWA DI SEKOLAH SERTA PENDEKATAN-PENDEKATAN UMUM DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING (STRATEGI DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING)



Resume Kelompok 6

A.    Masalah-masalah Siswa di Sekolah
Siswa di sekolah sebagai manusia (individu) dapat dipastikan memiliki masalah, tetapi kompleksitas masalah-masalah yang dihadapi oleh individu yang satu dengan yang lainnya tentulah berbeda-beda. Tohirin (2007: 111) mengungkapkan bahwa siswa di sekolah  akan mengalami masalah-masalah yang berkenaan dengan:
1.      Perkembangan individu,
2.      Perbedaan individu dalam hal: kecerdasan, kecakapan, hasil belajar, bakat, sikap, kebiasaan, pengetahuan, kepribadian, cita-cita, kebutuhan, minat, pola-pola dan tempo perkembangan, ciri-ciri jasmaniah, dan latar belakang lingkungan,
3.      Kebutuhan individu dalam hal: memperoleh kasih sayang, memperoleh hargadiri, memperoleh penghargaan yang sama, ingin dikenal, memperoleh prestasi dan posisi, untuk dibutuhkan orang lain, merasa bagian dari kelompok, rasa aman dan perlindungan diri, dan untuk memperoleh kemerdekaan diri,
4.      Penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku,
5.      Masalah belajar.
M. Hamdan Bakran Adz-Dzaky (2004) mengklasifikasikan masalah individu termasuk siswa sebagai berikut:
1.  Masalah atau kasus yang berhubungan problematika individu dengan Tuhannya.
2.  Masalah individu dengan dirinya sendiri.
3.  Individu dengan lingkungan keluarga.
4.  Individu dengan lingkungan kerja.
5.  Individu dengan lingkungan sosialnya.
Semua masalah di atas harus diidentifikasi oleh guru pembimbing di sekolah, sehingga bisa menetapkan sekala prioritas masalah mana yang harus dibicarakan terlebih dahulu dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Masalah – masalah diatas juga harus menjadi pertimbangan bagi guru pembimbing di sekolah  dalam menyusun program bimbingan dan konseling.
Beberapa contoh masalah-masalah di sekolah yang dikemukakan dalam Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling:
1.      Prestasi belajar rendah; di bawah rata-rata; merosot.
Gambaran lebih rinci:
a.       Nilai rapor banyak merahnya;
b.      Nilai tugas, ulangan dan ujian rendah;
c.       Dari waktu ke waktu nilai menurun;
d.      Mendapat peringkat di bawah rata-rata untuk berbagai atau beberapa mata pelajaran;
e.       Mendapat peringkat di bawah rata-rata dalam satu kelas.
2.      Kurang berminat pada bidang studi tertentu.
Gambaran yang lebih rinci:
a.       Tidak dapat memusatkan perhatian untuk mempelajari materi-materi yang terkait pada bidang studi tersebut;
b.      Berusaha tidak mengikuti mata pelajaran yang bersangkutan dengan bidang studi tersebut;
c.       Tidak mengerjakan tugas-tugas dalam mata pelajaran tersebut.
3.      Bentrok dengan guru.
Gambaran yang lebih rinci:
a.       Tidak mengikuti pelajaran dengan guru tersebut;
b.      Tidak mau bertemu dengan guru tersebut;
c.       Jika bertemu tidak mau menegur guru tersebut;
4.      Melanggar tata tertib.
Gambaran yang lebih rinci:
a.       Sejumlah tata tertib sekolah tidak dipatuhi, misalnya: tentang kehadiran di sekolah, baju seragam, tempat duduk dalam kelas, penyelesaian tugas-tugas;
b.      Pelanggaran tersebut kelihatannya bukan tanpa disengaja;
c.       Pelanggaran tersebut dilakukan berkali-kali.
5.      Membolos.
Gambaran yang lebih rinci:
a.       Berhari-hari tidak masuk sekolah;
b.      Tidak masuk sekolah tanpa izin;
c.       Sering keluar pada jam pelajaran tertentu;
d.      Tidak masuk kembali setelah minta izin;
6.      Terlambat masuk sekolah.
Gambaran yang lebih rinci:
a.       Sering tiba di sekolah setelah jam pelajaran dimulai;
b.      Memakai waktu istirahat melebihi waktu yang ditentukan;
c.       Sengaja melambat-lambatkan diri masuk kelas meskipun tahu jam pelajaran sudah mulai.
7.      Pendiam.
Gambaran yang lebih rinci:
a.       Kurang mau berbicara atau bertegur sapa;
b.      Kurang akrab terhadap teman atau guru;
c.       Tidak ceria.
8.      Kesulitan alat pelajaran.
Gambaran yang lebih rinci:
a.       Tidak memiliki buku-buku untuk berbagai mata pelajaran;
b.      Tidak cukup memiliki buku dan alat-alat tulis;
c.       Tidak mampu membeli alat-alat pelajaran, seperti alat-alat untuk praktek berbagai mata pelajaran.
9.      Bertengkar atau berkelahi.
Gambaran yang lebih rinci:
a.       Sering salah paham dengan kawan;
b.      Sombong;
c.       Memperolokkan, mengejek dan menantang orang lain;
10.  Sukar menyesuaikan diri
Gambaran yang lebih rinci:
a.       Sering terjadi salah paham dengan kawan;
b.      Sombong atau tinggi hati;
c.       Suka membanding-bandingkan dan menjelekkan orag lain;
d.      Tidak mau menerima pendapat orang lain;


B.     Pendekatan-pendekatan Umum dalam Bimbingan dan Konseling
Dilihat dari pendekatan bimbingan, bimbingan itu dibagi menjadi 4 pendekatan yaitu : (1) pendekatan krisis; (2) pendekatan remedial; (3) pendekatan preventif; dan (4) pendekatan perkembangan.
1.      Pendekatan Krisis
Pendekatan krisis adalah upaya bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami krisis atau masalah. Bimbingan bertujuan untuk mengatasi krisis atau masalah-masalah yang dialami individu. Dalam pendekatan krisis ini, guru BK menunggu siswa yang datang, selanjutnya mereka memberikan bantuan sesuai dengan masalah yang dirasakan siswa.
2.      Pendekatan Remedial
Pendekatan remedial adalah upaya bimbinngan yang diarahkan kepada individu yang mengalami kesulitan. Tujuan bimbingan adalah untuk memperbaiki kesulitan-kesulitan yang dialami individu. Dalam pendekatan ini guru BK memfokuskan pada kelemahan-kelemahan individu yang selanjutnya berupaya untuk memperbaikinya.

3.      Pendekatan Preventif
Pendekatan preventif adalah upaya bimbingan yang diarahkan untuk mengantisipasi masalah-masalah umum individu dan mencoba jangan sampai terjadi masalah tersebut pada individu. Guru BK berupaya untuk mengajarkan pengetahuan dan keterampilan untuk mencegah masalah tersebut pada individu .
4.      Pendekatan Perkembangan
Bimbingan dan konseling yang berkembang pada saat ini adalah bimbingan dan konseling perkembangan. Visi bimbingan dan konseling adalah edukatif , pengembangan, dan outreach. Edukatif karena titik berat kepedulian bimbingan dan konseling terletak pada pencegahan dan pengembangan, bukan pada korektif atau terapeutik., walaupun hal itu tetap ada dalam kepedulian bimbingan dan konseling perkembangan.

C.    Strategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling
Istilah strategi berasal dari kata benda strategos, merupakan gabungan kata stratos (militer) dengan ago (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan (to plan). Menurut kamus The American Herritage Dictionary (1976: 1273) (Nurihsan, 2007: 9) dikemukakan bahwa ‘strategy is the scince or art of military command as applied to overall planning and conduct of large-scale combat operations’. Selanjutnya, dikemukakan pula bahwa strategi adalah ‘the art or skill of using stratagems (a military manoeuvre) designed to deceive or surprise an enemy in politics, business, courtships, or the like’.
Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegaiatan, dan sarana penunjang kegiatan. Strategi yang diterapkan dalam layanan bimbingan dan konseling disebut strategi layanan bimbingan dan konseling. Strategi bimbingan dan konseling dapat berupa konseling individual, konsultasi, konseling kelompok, bimbingan kelompok, dan pengajaran remedial, bimbingan klasikal, dan strategi terintegrasi.
1.      Konseling Individual
Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara guru BK dan siswa. Siswa yang mengalami masalah pribadi yang sulit atau tidak bisa diselesaikan sendiri, kemudian meminta bantuan kepada guru BK sebagai petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan keterampilan psikologi. Menurut Nurihsan (2007: 11) teknik yang digunakan dalam konseling individual yaitu: a) Menghampiri siswa; b) empati; c) refleksi; d) eksplorasi; e) menangkap pesan utama; f) bertanya untuk membuka percakapan; g) bertanya tertutup; h) dorongan minimal; i) interpretasi; j) mengarahkan; k) menyimpulkan sementara; l) memimpin; m) memfokus; n) konfrontasi; o) menjernihkan; p) memudahkan; q) diam; r) mengambil inisiatif; s) memberi nasihat; t) memberi informasi; u) merencanakan; dan v) menyimpulkan. Secara umum Nurihsan (2007) membagi proses konseling individual ke dalam tiga tahapan yaitu: a) tahap awal konseling, b) tahap pertengahan konseling, dan c) tahap akhir konseling.

2.      Konsultasi
Teknik lain dalam program bimbingan adalah konsultasi. Konsultasi merupakan salah satu strategi bimbingan yang penting sebab banyak masalah karena sesuatu hal akan lebih berhasil jika ditangani secara tidak langsung oleh guru BK. Konsultasi dalam pengertian umum dipandang sebagai nasihat dari seseorang yang profesional. Pengertian konsultasi dalam program bimbingan dipandang sebagai suatu proses menyediakan bantuan teknis untuk guru, orang tua, administrator, dan guru BK lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas siswa atau sekolah.
Menurut Nurihsan (2007) ada delapan tujuan konsultasi, yaitu:
a)    Mengembangkan dan menyempurnakan lingkungan belajar bagi siswa, orang tua, dan administrator sekolah;
b)   Menyempurnakan komunikasi dengan mengembangkan informasi diantara orang yang penting;
c)    Mengajak bersama pribadi yang memiliki peranan dan fungsi yang bermacam-macam untuk menyempurnakan lingkungan belajar;
d)   Memperluas layanan dari para ahli;
e)    Memperluas layanan pendidikan dari guru dan administrator;
f)    Membantu orang lain bagaimana belajar tentang perilaku;
g)   Menciptakan suatu lingkungan yang berisi semua komponen lingukngan belajar yang baik;
h)   Menggerakkan organisasi yang mandiri;

3.      Bimbingan Kelompok
Strategi lain dalam layanan bimbingan dan konseling adalah bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri siswa. Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran. Penyelenggaraan bimbingan kelompok, menurut Nurihsan (2007), memerlukan persiapan dan praktik pelaksanaan kegiatan yang memadai, dari langkah awal sampai dengan evaluasi dan tindak lanjutnya.
Menurut Nurihsan (2007: 21) hasil penilain kegiatan bimbingan kelompok perlu dianalisis untuk mengetahui lebih lanjut seluk beluk kemajuan para peserta dan seluk beluk penyelenggaraan bimbingan kelompok. Perlu dikaji apakah hasil-hasil pembahasan dan atau pemecahan masalah yang sudah dilakukan sedalam atau setuntas mungkin, atau sebenarnya masih ada aspek-aspek penting yang belum dijangkau dalam pembahasan.

4.      Konseling Kelompok
Strategi berikutnya dalam melaksanakan program bimbingan adalah konseling kelompok. Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada siswa dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Selain bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula bersifat penyembuhan. Konseling kelompok adalah suatu upaya bantuan kepada siswa dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya. Prosedur konseling kelompok sana dengan bimbingan kelompok, yaitu terdiri dari:
a)    tahap pembentukan, dengan temanya pengenalan, perlibatan, dan pemasukan diri;
b)   tahap peralihan, dengan temanya pembangunan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga;
c)    tahap kegiatan, dengan temanya kegiatan pencapaian tujuan;
d)   tahap pengakhiran, dengan temanya penilaian dan tindak lanjut.

5.      Pengajaran Remedial
Menurut Makmun (dalam Nurihsan, 2007: 23) pengajaran remedial dapat didefinisikan sebagai upaya guru untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu atau kelompok siswa tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan, dengan melalui suatu proses interaksi yang berencana, terorganisasi, terarah, terkoordinasi, terkontrol dengan lebih memperhatikan taraf kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi objektif individu dan atau kelompok siswa yang bersangkutan serta daya dukung sarana dan lingkungannya. Strategi dan teknik pengajaran remedial dapat dilakukan secara preventif, kuratif, dan pengembangan. Tindakan pengajaran remedial dikatakan bersifat kuratif jika dilakukan setelah program PBM utama selesai diselenggarakan.

6.      Bimbingan Klasikal
Menurut Sudrajat, bimbingan klasikal termasuk ke dalam strategi untuk layanan dasar bimbingan. Layanan dasar diperuntukkan bagi semua siswa. Hal ini berarti bahwa dalam peluncuran program yang telah dirancang, menuntut guru BK untuk melakukan kontak langsung dengan para siswa di kelas. Secara terjadwal, guru BK memberikan layanan bimbingan kepada para siswa. Kegiatan layanan dilaksanakan melalui pemberian layanan orientasi dan informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi siswa. Layanan orientasi pada umumnya dilaksanakan pada awal pelajaran, yang diperuntukan bagi para siswa baru, sehingga memiliki pengetahuan yang utuh tentang sekolah yang dimasukinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar