TERTAWALAH SEBELUM TERTAWA ITU DILARANG - WARKOP DKI

Rabu, 16 Desember 2015

HUBUNGAN MODEL ACCELERATED LEARNING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LATERAL MATEMATIS SISWA



HUBUNGAN MODEL ACCELERATED LEARNING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LATERAL MATEMATIS SISWA

oleh Rachmat Satrio W


Pendidikan merupakan kebutuhan pokok manusia yang wajib dipenuhi oleh setiap individu. Anak usia dini hingga orang dewasa membutuhkan pendidikan sebagai bekal menghadapi tantangan perubahan jaman serta persaingan global yang makin marak terjadi di era globalisasi ini. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Setiap individu wajib menempuh pendidikannya di sekolah demi mendapatkan pengajaran dan latihan sebagai bekal untuk menjalani masa depan.

Sabtu, 02 Mei 2015

KONSEP DASAR DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR DAN PENGAJARAN REMEDIAL



Resume Kelompok 8

A.    Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar
1.      Definisi Diagnostik Kesulitan Belajar
a.       Diagnostik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diagnosis /di·ag·no·sis/  adalah penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti (memeriksa) gejala-gejalanya. Diagnosis adalah penentuan jenis masalah atau kelainan dengan meneliti latar belakang penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala-gejala yang tampak.
b.      Kesulitan Belajar
Secara harfiah, kesulitan belajar didefinisikan sebagai rendahnya kepandaian yang dimiliki seseorang dibandingkan dengan kemampuan yang seharusnya dicapai orang itu pada umur tersebut. Kesulitan belajar secara informal dapat dikenali dari keterlambatan dalam perkembangan kemampuan seorang anak. Kesulitan atau hambatan belajar yang dialami oleh peserta didik dapat berasal dari faktor fisiologik, psikologik, instrument, dan lingkungan belajar.

2.      Jenis-Jenis Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar dibagi menjadi tiga kategori besar, yaitu :
1.      Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa
Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa sering menjadi indikasi awal bagi kesulitan belajar yang dialami seorang anak. Orang yang mengalami kesulitan jenis ini menemui kesulitan dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa yang tepat, berkomunikasi dengan orang lain melalui penggunaan bahasa yang benar, atau memahami apa yang orang lain katakan.
2.      Permasalahan dalam hal kemampuan akademik
Siswa-siswi yang mengalami gangguan kemampuan akademik berbaur bersama teman-teman sekelasnya demi meningkatkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung mereka.
3.      Kesulitan lainnya, yang mencakup kesulitan dalam mengoordinasi gerakan anggota tubuh serta permasalahan belajar yang belum dicakup oleh kedua kategori di atas.

3.      Faktor Penyebab Munculnya Kesulitan Belajar
Beberapa faktor penyebab munculnya kesulitan belajar menurut Sukardi dibedakan menjadi dua, yaitu :
a)      Faktor internal yang meliputi:
1.      Kesehatan
Kondisi fisik secara umum dapat memengaruhi kemampuan mencapai suatu tujuan. Kesehatan yang buruk dapat berpengaruh pada tingginya ketidakhadiran siswa dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, siswa yang kurang sehat juga tidak bisa mencapai potensi yang sebenarnya.
2.      Problem Menyesuaikan Diri
Walaupun faktor ini erat kaitannya dengan masyarakat sekitarnya namun sumber utama faktor ini berasal dari salam diri siswa, sebagai contoh memiliki gangguan emosional.
b)      Faktor eksternal yang meliputi:
1.      Lingkungan
Faktor ini merupakan faktor yang tidak mudah diidentifikasi. Problem lingkungan muncul sebagai hasil reaksi atau perubahan dalam diri siswa terhadap keluarga ataupun lingkungannya.
2.      Cara Guru Mengajar yang Tidak Baik
Karena cara mengajar guru yang tidak baik dapat menimbulkan kesulitan belajar pada siswa. Agar hal ini tidak terjadi maka guru perlu melakukan perbaikan secara berkala, baik penguasaan metode mengajar maupun materi ajar.
3.      Orang Tua Siswa
Orang tua yang tidak mau atau tidak mampu menyediakan buku atau fasilitas belajar yang memadai bagi anaknya atau mereka yang tidak mau mengawasi anaknya dalam belajar menjadi faktor yang dapat menjadi pemicu timbulnya kesulitan belajar.
4.      Masyarakat Sekitar
Masyarakat di sekitar siswa dapat menjadi sumber masalah, ketika keberadaan masyarakat tidak kondusif terhadap kebutuhan siswa secara individual maupun kelompok.

4.      Ciri-Ciri Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Pengetahuan tentang ciri-ciri siswa lamban belajar dan berprestasi rendah sangat penting dikuasai guru. Pengetahuan itu memberi dasar keterampilan dalam menangani siswa yang sedang menghadapi kesulitan belajar disekolah. Ciri-ciri umum siswa lamban belajar dapat dipahami melalui pengamatan fisik siswa, perkembangan mental, intelektual, sosial, ekonomi, kepribadian, dan proses-proses belajar yang yang dilakukannya di sekolah dan di rumah. Ketidaksanggupan belajar disebabkan kerusakan-kerusakan tertentu pada diri seseorang yang membuat seseorang itu lamban belajar. Menurut Cece Wijaya (2010),  kerusakan-kerusakan itu dikategorikan dalam empat hal, yaitu :
a.       Dyslexia, adalah kelemahan-kelemahan belajar di bidang menulis dan berbicara. Ciri-cirinya adalah sulit mengingat huruf, kata, tulisan, dan suara.
b.      Dyscalculia, adalah kesulitan mengenal angka dan pemahaman terhadap konsep dasar matematika. Kelemahan umum di bidang dyslexia kadang-kadang muncul di bidang pelajaran matematika
c.       Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD), adalah pemusatan perhatian terhadap masalah-masalah yang sedang dihadapinya. Siswa lamban belajar dapat memusatkan perhatiannya hanya berkisar pada satu pokok bahasan saja, ia kurang mampu menyelesaikan tugas-tugas yang beraneka ragam yang membuat dirinya menjadi kacau.
d.      Spatial, motor, ad perceptual defisits, adalah kondisi lemah dalam menilai dirinya menurutukuran ruang dan waktu.

Kamis, 23 April 2015

PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN



Resume Kelompok 7

A.    Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan
1.      Konsep Bimbingan
Bimbingan merupakan terjemahan dari “Guidance”. Guidance berasal dari akar kata “Guide” yang secara luas bermakna mengarahkan (to direct), memandu (to pilot), mengelola (to manage), menyampaikan (to descript), mendorong (to motivate), membantu mewujudkan (helping to create), memberi (to giving), bersunguh-sungguh (to commit). Sehingga bila dirangkai dalam sebuah kalimat konsep, Bimbingan adalah usaha sadar secara demokratis dan sungguh-sungguh untuk memberikan bantuan dengan menyampaikan arahan, panduan, dorongan, dan pertimbangan agar yang diberi bantuan mampu mengelola, mewujudkan apa yang menjadi harapannya.

2.      Konsep Pembelajaran dan Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Belajar adalah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilam, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain. pembelajaran berbasis bimbingan itu sangatlah penting untuk diterapkan karena pembelajaran yang baik, tidak hanya berorientasi pada pencapaian kognitif saja, akan tetapi dapat menghasilkan sebuah output berupa lahirnya perubahan perilaku peserta didik yang positif dan normatif. Maka, menurut Budiman (Najjah, 2015), pembelajaran berbasis bimbingan seharusnya berlandaskan pada prinsip-prinsip bimbingan yaitu:
a.    Didasarkan pada Needs assessment (sesuai dengan kebutuhan)
b.    Dikembangkan dalam suasana membantu (helping relationship)
c.    Bersifat memfasilitasi
d.   Berorientasi pada: (1) learning to be (belajar menjadi); (2) learning to learn (belajar untuk belajar); (3) learning to work (belajar untuk bekerja dan berkarir); (4) learning to live together (belajar untuk hidup bersama).
e.    Tujuan utama perkembangan potensi secara optimal.

3.      Ciri-ciri Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Menurut Kartadinata dan Dantes (dalam Mariyana, 2008, hlm. 2) pembelajaran berbasis bimbingan memiliki ciri-ciri berikut:
a.    Diperuntukkan bagi semua siswa.
b.    Memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan sedang berkembang.
c.    Mengakui siswa sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan.
d.   Terarah ke pengembangan segenap aspek perkembangan anak secaramenyeluruh dan optimal.
e.    Disertai dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai minat, potensi, dan kapabilitas siswa sesuai dengan norma-norma kehidupan yang dianut.

4.      Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Pembelajaran berbasis bimbingan merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada prinsip-prinsip bimbingan sehingga prinsip-prinsip pembelajaran berbasis bimbingan pun tidak terlepas dari prinsip-prinsip bimbingan yaitu:
a.    Proses membantu individu
b.    Bertitik tolak pada individu yang dibimbing
c.    Didasarkan pada pemahaman atas keragaman individu yang dibimbing
d.   Pada batas tertentu perlu ada referal
e.    Dimulai dengan identifikasiatas kebutuhan individu
f.     Diselenggarakan secara luwes dan fleksibel
g.    Sejalan dengan visi dan misi lembaga
h.    Dikelola dengan orang yang memiliki keahlian di bidang bimbingan
i.      Ada sistem evaluasi yang digunakan
Adapun pembelajaran yang berlandaskan pada prinsip-prinsip bimbingan menurut Budiman (2008) adalah:
a.       Didasarkan pada Needs Assesment
b.      Dikembangkan dalam Suasana Membantu (Helping Relationship)
c.       Empati
d.      Keterbukaan
e.       Kehangatan psikologis
f.       Realistis
g.      Bersifat memfasilitasi
h.      Berorientasi pada: Learning to be, Learning to learn, Learning to work, Learning to live together
i.        Tujuan utama perkembangan potensi secara optimal.

Selasa, 14 April 2015

MASALAH-MASALAH SISWA DI SEKOLAH SERTA PENDEKATAN-PENDEKATAN UMUM DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING (STRATEGI DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING)



Resume Kelompok 6

A.    Masalah-masalah Siswa di Sekolah
Siswa di sekolah sebagai manusia (individu) dapat dipastikan memiliki masalah, tetapi kompleksitas masalah-masalah yang dihadapi oleh individu yang satu dengan yang lainnya tentulah berbeda-beda. Tohirin (2007: 111) mengungkapkan bahwa siswa di sekolah  akan mengalami masalah-masalah yang berkenaan dengan:
1.      Perkembangan individu,
2.      Perbedaan individu dalam hal: kecerdasan, kecakapan, hasil belajar, bakat, sikap, kebiasaan, pengetahuan, kepribadian, cita-cita, kebutuhan, minat, pola-pola dan tempo perkembangan, ciri-ciri jasmaniah, dan latar belakang lingkungan,
3.      Kebutuhan individu dalam hal: memperoleh kasih sayang, memperoleh hargadiri, memperoleh penghargaan yang sama, ingin dikenal, memperoleh prestasi dan posisi, untuk dibutuhkan orang lain, merasa bagian dari kelompok, rasa aman dan perlindungan diri, dan untuk memperoleh kemerdekaan diri,
4.      Penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku,
5.      Masalah belajar.
M. Hamdan Bakran Adz-Dzaky (2004) mengklasifikasikan masalah individu termasuk siswa sebagai berikut:
1.  Masalah atau kasus yang berhubungan problematika individu dengan Tuhannya.
2.  Masalah individu dengan dirinya sendiri.
3.  Individu dengan lingkungan keluarga.
4.  Individu dengan lingkungan kerja.
5.  Individu dengan lingkungan sosialnya.
Semua masalah di atas harus diidentifikasi oleh guru pembimbing di sekolah, sehingga bisa menetapkan sekala prioritas masalah mana yang harus dibicarakan terlebih dahulu dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Masalah – masalah diatas juga harus menjadi pertimbangan bagi guru pembimbing di sekolah  dalam menyusun program bimbingan dan konseling.
Beberapa contoh masalah-masalah di sekolah yang dikemukakan dalam Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling:
1.      Prestasi belajar rendah; di bawah rata-rata; merosot.
Gambaran lebih rinci:
a.       Nilai rapor banyak merahnya;
b.      Nilai tugas, ulangan dan ujian rendah;
c.       Dari waktu ke waktu nilai menurun;
d.      Mendapat peringkat di bawah rata-rata untuk berbagai atau beberapa mata pelajaran;
e.       Mendapat peringkat di bawah rata-rata dalam satu kelas.
2.      Kurang berminat pada bidang studi tertentu.
Gambaran yang lebih rinci:
a.       Tidak dapat memusatkan perhatian untuk mempelajari materi-materi yang terkait pada bidang studi tersebut;
b.      Berusaha tidak mengikuti mata pelajaran yang bersangkutan dengan bidang studi tersebut;
c.       Tidak mengerjakan tugas-tugas dalam mata pelajaran tersebut.
3.      Bentrok dengan guru.
Gambaran yang lebih rinci:
a.       Tidak mengikuti pelajaran dengan guru tersebut;
b.      Tidak mau bertemu dengan guru tersebut;
c.       Jika bertemu tidak mau menegur guru tersebut;
4.      Melanggar tata tertib.
Gambaran yang lebih rinci:
a.       Sejumlah tata tertib sekolah tidak dipatuhi, misalnya: tentang kehadiran di sekolah, baju seragam, tempat duduk dalam kelas, penyelesaian tugas-tugas;
b.      Pelanggaran tersebut kelihatannya bukan tanpa disengaja;
c.       Pelanggaran tersebut dilakukan berkali-kali.
5.      Membolos.
Gambaran yang lebih rinci:
a.       Berhari-hari tidak masuk sekolah;
b.      Tidak masuk sekolah tanpa izin;
c.       Sering keluar pada jam pelajaran tertentu;
d.      Tidak masuk kembali setelah minta izin;
6.      Terlambat masuk sekolah.
Gambaran yang lebih rinci:
a.       Sering tiba di sekolah setelah jam pelajaran dimulai;
b.      Memakai waktu istirahat melebihi waktu yang ditentukan;
c.       Sengaja melambat-lambatkan diri masuk kelas meskipun tahu jam pelajaran sudah mulai.
7.      Pendiam.
Gambaran yang lebih rinci:
a.       Kurang mau berbicara atau bertegur sapa;
b.      Kurang akrab terhadap teman atau guru;
c.       Tidak ceria.
8.      Kesulitan alat pelajaran.
Gambaran yang lebih rinci:
a.       Tidak memiliki buku-buku untuk berbagai mata pelajaran;
b.      Tidak cukup memiliki buku dan alat-alat tulis;
c.       Tidak mampu membeli alat-alat pelajaran, seperti alat-alat untuk praktek berbagai mata pelajaran.
9.      Bertengkar atau berkelahi.
Gambaran yang lebih rinci:
a.       Sering salah paham dengan kawan;
b.      Sombong;
c.       Memperolokkan, mengejek dan menantang orang lain;
10.  Sukar menyesuaikan diri
Gambaran yang lebih rinci:
a.       Sering terjadi salah paham dengan kawan;
b.      Sombong atau tinggi hati;
c.       Suka membanding-bandingkan dan menjelekkan orag lain;
d.      Tidak mau menerima pendapat orang lain;