WILUJENG SUMPING
TERTAWALAH SEBELUM TERTAWA ITU DILARANG - WARKOP DKI
Selasa, 29 Desember 2015
Rabu, 16 Desember 2015
HUBUNGAN MODEL ACCELERATED LEARNING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LATERAL MATEMATIS SISWA
HUBUNGAN MODEL ACCELERATED
LEARNING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LATERAL MATEMATIS SISWA
oleh Rachmat
Satrio W
Pendidikan merupakan
kebutuhan pokok manusia yang wajib dipenuhi oleh setiap individu. Anak usia
dini hingga orang dewasa membutuhkan pendidikan sebagai bekal menghadapi
tantangan perubahan jaman serta persaingan global yang makin marak terjadi di
era globalisasi ini. Menurut
Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Setiap individu wajib
menempuh pendidikannya di sekolah demi mendapatkan pengajaran dan latihan
sebagai bekal untuk menjalani masa depan.
Senin, 30 November 2015
Sabtu, 02 Mei 2015
KONSEP DASAR DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR DAN PENGAJARAN REMEDIAL
Resume Kelompok
8
A.
Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar
1.
Definisi Diagnostik Kesulitan Belajar
a. Diagnostik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diagnosis /di·ag·no·sis/ adalah penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti
(memeriksa) gejala-gejalanya. Diagnosis adalah penentuan jenis masalah
atau kelainan dengan meneliti latar belakang penyebabnya atau dengan cara
menganalisis gejala-gejala yang tampak.
b.
Kesulitan Belajar
Secara
harfiah, kesulitan belajar didefinisikan sebagai rendahnya kepandaian yang
dimiliki seseorang dibandingkan dengan kemampuan yang seharusnya dicapai orang
itu pada umur tersebut. Kesulitan belajar secara informal dapat dikenali dari
keterlambatan dalam perkembangan kemampuan seorang anak. Kesulitan atau
hambatan belajar yang dialami oleh peserta didik dapat berasal dari faktor
fisiologik, psikologik, instrument, dan lingkungan belajar.
2. Jenis-Jenis Kesulitan
Belajar
Kesulitan belajar
dibagi menjadi tiga kategori besar, yaitu :
1. Kesulitan
dalam berbicara dan berbahasa
Kesulitan
dalam berbicara dan berbahasa sering menjadi indikasi awal bagi kesulitan
belajar yang dialami seorang anak. Orang yang mengalami kesulitan jenis ini
menemui kesulitan dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa yang tepat,
berkomunikasi dengan orang lain melalui penggunaan bahasa yang benar, atau
memahami apa yang orang lain katakan.
2. Permasalahan
dalam hal kemampuan akademik
Siswa-siswi
yang mengalami gangguan kemampuan akademik berbaur bersama teman-teman
sekelasnya demi meningkatkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung mereka.
3. Kesulitan
lainnya, yang mencakup kesulitan dalam mengoordinasi gerakan anggota tubuh
serta permasalahan belajar yang belum dicakup oleh kedua kategori di atas.
3. Faktor Penyebab
Munculnya Kesulitan Belajar
Beberapa faktor
penyebab munculnya kesulitan belajar menurut Sukardi dibedakan menjadi dua,
yaitu :
a)
Faktor internal
yang meliputi:
1.
Kesehatan
Kondisi fisik secara umum dapat
memengaruhi kemampuan mencapai suatu tujuan. Kesehatan yang buruk dapat
berpengaruh pada tingginya ketidakhadiran siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Selain itu, siswa yang kurang sehat juga tidak bisa mencapai potensi yang
sebenarnya.
2.
Problem
Menyesuaikan Diri
Walaupun faktor ini erat kaitannya dengan masyarakat
sekitarnya namun sumber utama faktor ini berasal dari salam diri siswa, sebagai
contoh memiliki gangguan emosional.
b)
Faktor eksternal yang meliputi:
1.
Lingkungan
Faktor ini merupakan faktor yang tidak mudah
diidentifikasi. Problem lingkungan muncul sebagai hasil reaksi atau perubahan
dalam diri siswa terhadap keluarga ataupun lingkungannya.
2.
Cara
Guru Mengajar yang Tidak Baik
Karena
cara mengajar guru yang tidak baik dapat menimbulkan kesulitan belajar pada
siswa. Agar hal ini tidak terjadi maka guru perlu melakukan perbaikan secara
berkala, baik penguasaan metode mengajar maupun materi ajar.
3.
Orang
Tua Siswa
Orang
tua yang tidak mau atau tidak mampu menyediakan buku atau fasilitas belajar
yang memadai bagi anaknya atau mereka yang tidak mau mengawasi anaknya dalam
belajar menjadi faktor yang dapat menjadi pemicu timbulnya kesulitan belajar.
4.
Masyarakat
Sekitar
Masyarakat
di sekitar siswa dapat menjadi sumber masalah, ketika keberadaan masyarakat
tidak kondusif terhadap kebutuhan siswa secara individual maupun kelompok.
4. Ciri-Ciri Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Pengetahuan tentang
ciri-ciri siswa lamban belajar dan berprestasi rendah sangat penting dikuasai
guru. Pengetahuan itu memberi dasar keterampilan dalam menangani siswa yang
sedang menghadapi kesulitan belajar disekolah. Ciri-ciri umum siswa lamban
belajar dapat dipahami melalui pengamatan fisik siswa, perkembangan mental,
intelektual, sosial, ekonomi, kepribadian, dan proses-proses belajar yang yang
dilakukannya di sekolah dan di rumah. Ketidaksanggupan belajar disebabkan
kerusakan-kerusakan tertentu pada diri seseorang yang membuat seseorang itu
lamban belajar. Menurut Cece Wijaya (2010),
kerusakan-kerusakan itu dikategorikan dalam empat hal, yaitu :
a.
Dyslexia, adalah kelemahan-kelemahan belajar di bidang
menulis dan berbicara. Ciri-cirinya adalah sulit mengingat huruf, kata,
tulisan, dan suara.
b.
Dyscalculia, adalah kesulitan mengenal angka dan pemahaman
terhadap konsep dasar matematika. Kelemahan umum di bidang dyslexia
kadang-kadang muncul di bidang pelajaran matematika
c.
Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD), adalah pemusatan perhatian
terhadap masalah-masalah yang sedang dihadapinya. Siswa lamban belajar dapat
memusatkan perhatiannya hanya berkisar pada satu pokok bahasan saja, ia kurang
mampu menyelesaikan tugas-tugas yang beraneka ragam yang membuat dirinya
menjadi kacau.
d.
Spatial, motor, ad perceptual defisits, adalah kondisi lemah dalam menilai
dirinya menurutukuran ruang dan waktu.
Kamis, 23 April 2015
PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN
Resume Kelompok 7
A.
Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan
1.
Konsep Bimbingan
Bimbingan merupakan terjemahan dari “Guidance”. Guidance berasal dari akar kata “Guide” yang secara luas bermakna mengarahkan (to direct), memandu (to pilot),
mengelola (to manage), menyampaikan (to descript), mendorong (to motivate), membantu mewujudkan (helping to create), memberi (to giving), bersunguh-sungguh (to commit). Sehingga bila dirangkai
dalam sebuah kalimat konsep, Bimbingan adalah usaha sadar secara demokratis dan
sungguh-sungguh untuk memberikan bantuan dengan menyampaikan arahan, panduan,
dorongan, dan pertimbangan agar yang diberi bantuan mampu mengelola, mewujudkan
apa yang menjadi harapannya.
2.
Konsep
Pembelajaran dan Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Belajar adalah proses
perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam
bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan
kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilam, daya pikir,
dan kemampuan-kemampuan yang lain. pembelajaran berbasis bimbingan itu
sangatlah penting untuk diterapkan karena pembelajaran yang baik, tidak hanya
berorientasi pada pencapaian kognitif saja, akan tetapi dapat menghasilkan
sebuah output berupa lahirnya
perubahan perilaku peserta didik yang positif dan normatif. Maka, menurut
Budiman (Najjah, 2015), pembelajaran berbasis bimbingan seharusnya berlandaskan
pada prinsip-prinsip bimbingan yaitu:
a. Didasarkan
pada Needs assessment (sesuai dengan
kebutuhan)
b. Dikembangkan
dalam suasana membantu (helping
relationship)
c. Bersifat
memfasilitasi
d. Berorientasi
pada: (1) learning to be (belajar
menjadi); (2) learning to learn
(belajar untuk belajar); (3) learning to
work (belajar untuk bekerja dan berkarir); (4) learning to live together (belajar untuk hidup bersama).
e. Tujuan
utama perkembangan potensi secara optimal.
3.
Ciri-ciri
Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Menurut
Kartadinata dan Dantes (dalam Mariyana, 2008, hlm. 2) pembelajaran berbasis
bimbingan memiliki ciri-ciri berikut:
a. Diperuntukkan
bagi semua siswa.
b. Memperlakukan
siswa sebagai individu yang unik dan sedang berkembang.
c. Mengakui
siswa sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan.
d. Terarah
ke pengembangan segenap aspek perkembangan anak secaramenyeluruh dan optimal.
e. Disertai
dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai minat,
potensi, dan kapabilitas siswa sesuai dengan norma-norma kehidupan yang dianut.
4.
Prinsip-prinsip
Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Pembelajaran berbasis
bimbingan merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada prinsip-prinsip
bimbingan sehingga prinsip-prinsip pembelajaran berbasis bimbingan pun tidak
terlepas dari prinsip-prinsip bimbingan yaitu:
a. Proses
membantu individu
b. Bertitik
tolak pada individu yang dibimbing
c. Didasarkan
pada pemahaman atas keragaman individu yang dibimbing
d. Pada
batas tertentu perlu ada referal
e. Dimulai
dengan identifikasiatas kebutuhan individu
f. Diselenggarakan
secara luwes dan fleksibel
g. Sejalan
dengan visi dan misi lembaga
h. Dikelola
dengan orang yang memiliki keahlian di bidang bimbingan
i. Ada
sistem evaluasi yang digunakan
Adapun pembelajaran
yang berlandaskan pada prinsip-prinsip bimbingan menurut Budiman (2008) adalah:
a. Didasarkan
pada Needs Assesment
b. Dikembangkan
dalam Suasana Membantu (Helping
Relationship)
c. Empati
d. Keterbukaan
e. Kehangatan
psikologis
f. Realistis
g. Bersifat
memfasilitasi
h. Berorientasi
pada: Learning to be, Learning
to learn, Learning to work, Learning to live together
i.
Tujuan utama perkembangan potensi secara
optimal.
Selasa, 14 April 2015
MASALAH-MASALAH SISWA DI SEKOLAH SERTA PENDEKATAN-PENDEKATAN UMUM DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING (STRATEGI DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING)
Resume
Kelompok 6
A.
Masalah-masalah Siswa di Sekolah
Siswa di sekolah sebagai manusia
(individu) dapat dipastikan memiliki masalah, tetapi kompleksitas
masalah-masalah yang dihadapi oleh individu yang satu dengan yang lainnya
tentulah berbeda-beda. Tohirin (2007: 111) mengungkapkan bahwa siswa di sekolah akan mengalami masalah-masalah yang berkenaan
dengan:
1. Perkembangan
individu,
2. Perbedaan
individu dalam hal: kecerdasan, kecakapan, hasil belajar, bakat, sikap,
kebiasaan, pengetahuan, kepribadian, cita-cita, kebutuhan, minat, pola-pola dan
tempo perkembangan, ciri-ciri jasmaniah, dan latar belakang lingkungan,
3. Kebutuhan
individu dalam hal: memperoleh kasih sayang, memperoleh hargadiri, memperoleh
penghargaan yang sama, ingin dikenal, memperoleh prestasi dan posisi, untuk
dibutuhkan orang lain, merasa bagian dari kelompok, rasa aman dan perlindungan
diri, dan untuk memperoleh kemerdekaan diri,
4. Penyesuaian diri
dan kelainan tingkah laku,
5. Masalah belajar.
M. Hamdan Bakran Adz-Dzaky (2004) mengklasifikasikan masalah
individu termasuk siswa sebagai berikut:
1. Masalah atau
kasus yang berhubungan problematika individu dengan Tuhannya.
2. Masalah individu
dengan dirinya sendiri.
3. Individu dengan
lingkungan keluarga.
4. Individu dengan
lingkungan kerja.
5. Individu dengan
lingkungan sosialnya.
Semua masalah di atas harus
diidentifikasi oleh guru pembimbing di sekolah, sehingga bisa menetapkan sekala
prioritas masalah mana yang harus dibicarakan terlebih dahulu dalam pelayanan
bimbingan dan konseling. Masalah – masalah diatas juga harus menjadi
pertimbangan bagi guru pembimbing di sekolah
dalam menyusun program bimbingan dan konseling.
Beberapa
contoh masalah-masalah di sekolah yang dikemukakan dalam Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling:
1. Prestasi
belajar rendah; di bawah rata-rata; merosot.
Gambaran lebih rinci:
a.
Nilai rapor banyak
merahnya;
b.
Nilai tugas, ulangan
dan ujian rendah;
c.
Dari waktu ke waktu
nilai menurun;
d.
Mendapat peringkat di
bawah rata-rata untuk berbagai atau beberapa mata pelajaran;
e.
Mendapat peringkat di
bawah rata-rata dalam satu kelas.
2. Kurang
berminat pada bidang studi tertentu.
Gambaran yang lebih
rinci:
a.
Tidak dapat memusatkan
perhatian untuk mempelajari materi-materi yang terkait pada bidang studi
tersebut;
b.
Berusaha tidak
mengikuti mata pelajaran yang bersangkutan dengan bidang studi tersebut;
c.
Tidak mengerjakan
tugas-tugas dalam mata pelajaran tersebut.
3. Bentrok
dengan guru.
Gambaran yang lebih
rinci:
a.
Tidak mengikuti
pelajaran dengan guru tersebut;
b.
Tidak mau bertemu
dengan guru tersebut;
c.
Jika bertemu tidak mau
menegur guru tersebut;
4. Melanggar
tata tertib.
Gambaran yang lebih
rinci:
a.
Sejumlah tata tertib
sekolah tidak dipatuhi, misalnya: tentang kehadiran di sekolah, baju seragam,
tempat duduk dalam kelas, penyelesaian tugas-tugas;
b.
Pelanggaran tersebut
kelihatannya bukan tanpa disengaja;
c.
Pelanggaran tersebut dilakukan
berkali-kali.
5. Membolos.
Gambaran yang lebih
rinci:
a.
Berhari-hari tidak
masuk sekolah;
b.
Tidak masuk sekolah
tanpa izin;
c.
Sering keluar pada jam
pelajaran tertentu;
d.
Tidak masuk kembali
setelah minta izin;
6. Terlambat
masuk sekolah.
Gambaran yang lebih rinci:
a.
Sering tiba di sekolah
setelah jam pelajaran dimulai;
b.
Memakai waktu
istirahat melebihi waktu yang ditentukan;
c.
Sengaja
melambat-lambatkan diri masuk kelas meskipun tahu jam pelajaran sudah mulai.
7. Pendiam.
Gambaran yang lebih
rinci:
a.
Kurang mau berbicara
atau bertegur sapa;
b.
Kurang akrab terhadap
teman atau guru;
c.
Tidak ceria.
8. Kesulitan
alat pelajaran.
Gambaran yang lebih
rinci:
a.
Tidak memiliki
buku-buku untuk berbagai mata pelajaran;
b.
Tidak cukup memiliki
buku dan alat-alat tulis;
c.
Tidak mampu membeli
alat-alat pelajaran, seperti alat-alat untuk praktek berbagai mata pelajaran.
9. Bertengkar
atau berkelahi.
Gambaran yang lebih
rinci:
a.
Sering salah paham
dengan kawan;
b.
Sombong;
c.
Memperolokkan,
mengejek dan menantang orang lain;
10. Sukar
menyesuaikan diri
Gambaran yang lebih
rinci:
a.
Sering terjadi salah
paham dengan kawan;
b.
Sombong atau tinggi
hati;
c.
Suka
membanding-bandingkan dan menjelekkan orag lain;
d.
Tidak mau menerima
pendapat orang lain;
Langganan:
Postingan (Atom)