TERTAWALAH SEBELUM TERTAWA ITU DILARANG - WARKOP DKI

Jumat, 27 Februari 2015

MAKNA DAN POSISI SERTA URGENSI BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PRAKTEK PENDIDIKAN


Resume Kelompok 1


A.    Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan berasal dari kata to guide kemudian menjadi guidance yang mempunyai arti menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu. Sedangkan konseling diambil dari bahasa Inggris counseling dulu diterjemahkan dengan penyuluhan (bersifat umum), sekarang diartikan konseling itu sendiri (bersifat spesifik mengenai kejiwaan). Konseling adalah bantuan pertolongan, tuntunan yang di berikan kepada seseorang untuk mengatasi kesulitan atau masalah secara langsung berhadapan muka atau face to face relation untuk mencapai kesejahteraan hidup. Jadi pengertian bimbingan dan konseling yaitu suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli agar konseli mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan juga mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya.

B.     Kondisi Bimbingan dan Konseling (BK) di Sekolah 
      Bimbingan Konseling (BK) seolah menjadi topik yang tidak menarik untuk dibicarakan. Di Indonesia isu tentang BK menjadi isu yang belum terlalu menjadi sorotan, kalaupun ada, namun bukanlah menjadi sorotan nasional tetapi hanya sekedar sorotan lingkup daerah saja. Ada beberapa paradigma yang berkaitan dengan BK di sekolah:
1.      Sekolah yang sadar betul pentingnya BK untuk membangun karakter siswa.
2.      Sekolah yang sadar akan kedudukan BK dalam pembentukan pribadi siswa, tetapi tidak didukung oleh materi, tenaga dan yayasan atau pemerintah.
3.      Sekolah yang masih menerapkan manajemen BKjadul.
4.      Sekolah yang belum memiliki manajemen BK.

C.    Landasan Psikologis Bimbingan dan Konseling 
      Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang: (1) motif dan motivasi, terdapat dua motif yaitu motif primer dan motif sekunder, selanjutnya motif-motif tersebut diaktifkan dan digerakan baik motivasi intrinsik (dalam diri individu) maupun motivasi ekstrinsik (dari luar individu); (2) konflik dan frustasi, terdapat konflik mendekat-mendekat, konflik mendekat-menjauh, dan onflik menjauh-menjauh, sedangkan frustasi ada yang disebut frustasi lingkungan, frustasi pribadi, dan frustasi konflik; (3) sikap; pembawaan dan lingkungan, dan perkembangan individu; (4) penyesuaian diri, dapat berupa penyesuain normal atau penyesuaian menyimpang; (5) belajar; dan (6) kepribadian, di dalamnya terdapat kecerdasan, kreativitas, dan stres.

D.    Landasan Sosiologis (Sosial-Budaya) Bimbingan dan Konseling
      Kebudayaan akan bimbingan timbul karena terdapat faktor yang menambah rumitnya keadaan masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktor tersebut seperti: (1) perubahan kontelasi keuangan; (2) perkembagan pendidikan; (3) dunia-dunia kerja; (4) perkembangan kota metropolitan; (5) perkembangan komunikasi; (6) seksisme dan rasisme; (7) kesehatan mental; (8) perkembangan teknologi; (9) kondisi moral dan keagamaan; (10) kondisi sosial ekonomi. Menurut Pedersen, dkk ada 5 macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi dan penyesuaian diri antarbudaya yaitu sumber-sumber berkenaan dengan perbedaan bahasa, komunikasi non-verbal, stereotip, kecenderungan menilai, dan kecemasan. Perbedaan dalam latar belakang ras atau etnik, kelas sosial ekonomi dan pola bahasa menimbulkan masalah dalam hubungan konseling.

E.     Landasan Pedagogis Bimbingan dan Konseling
      Sunaryo kartadinata (2011: 23) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah upaya pedagogis untuk memfasilitasi perkembangan individu dari kondisi apa adanya kepada kondisi bagaimana seharusnya sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh setiap individu, sehingga bimbingan dan konseling adalah sebuah upaya normatif. Myrick (Kartadinata, 2011: 24) menegaskan bahwa: (1) Bimbingan meresap ke dalam kurikulum sekolah atau proses pembelajaran yang bertujuan untuk memaksimumkan perkembangan potensi individu; (2) Bimbingan menembus konstelasi layanan yang terarah kepada pengambangan pribadi, karir, dan penyesuaian sekolah, yang secara umum dilaksanakan oleh pendidik professional. Tohirin (2007: 103) mengatakan bahwa landasan bimbingan dan konseling setidaknya berkaitan dengan: (1) Pendidikan sebagai upaya pengembangan individu dan bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan, (2) Pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling, dan (3) pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan bimbingan dan konseling.

F.     Landasan Agama Bimbingan dan Konseling
      Dalam landasan agama bimbingan dan konseling diperlukan penekanan pada 3 hal pokok, yaitu; (1) Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam adalah mahluk tuhan, (2) Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama, dan (3) Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama untuk membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu. Konselor dituntut memiliki pemahaman tentang hakikat manusia menurut agama dan peran agama dalam kehidupan umat manusia, sehingga penting sekali untuk mengetahui hakikat manusia menurut agama, peranan agama, dan persyaratan konselor.

G.    Landasan Perkembangan IPTEK Bimbingan dan Konseling
      Landasan ilmiah dan teknologi membicarakan sifat keilmuan bimbingan dan konseling. Ilmu bimbingan dan konseling adalah berbagai pengetahuan tentang bimbingan dan konseling yang tersusun secara logis dan sistematik. Sebagai layaknya ilmu-ilmu yang lain, ilmu bimbingan dan konseling mempunyai obyek kajiannya sendiri, metode pengalihan pengetahuan yang menjadi ruang lingkupnya, dan sistematika pemaparannya. Obyek kajian bimbingan dan konseling ialah upaya bantuan yang diberikan kepada individu yang mangacu pada ke-4 fungsi pelayanan yakni fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan dan pemeliharaan/ pengembangan. Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat multireferensial, artinya ilmu dengan rujukan berbagai ilmu yang lain.

H.    Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling
-          Sejarah Lahirnya Bimbingan Konseling 
      Gerakan bimbingan lahir pada tanggal 13 Januari 1908 di Amerika, dengan didirikannya suatu vocational bureau tahun 1908 oleh Frank Parsons. Disinilah pertama kalinya istilah Bimbingan (Vocational Guidance) dikenal, tepatnya pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 di Boston. Pada masa yang hampir bersamaan, seorang konselor di Detroit Jasse B. Davis mulai memberikan layanan Konseling Pendidikan dan pekerjaan di SMA (1898). Eli Weaver pada tahun 1905 mendirikan sebuah komite yang diketuainya sendiri yaituStudents Aid Committee Of  The High School di New york. Jika dilihat dari perkembangannya, Bimbingan Konseling mula-mulanya hanya dikenal sebatas pada bimbingan pekerjaan (Vocational Guidance), namun sebenarnya tidak hanya itu, di sisi lain perkembangan Bimbingan Konseling pun merambah kebidang pendidikan (Education Guidance) yang dirintis oleh Jasse B. Davis. dan sekarang dikenal pula adanya bimbingan dalam segi kepribadian (Personal Guidance).

I.       Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia
       Di Indonesia sendiri, praktek  Bimbingan Konseling sebenarnya sudah lama diperankan, seperti berdirinya organisasi pemuda Budi Utomo pada tahun 1908, himgga pada periode selanjutnya berdirilah pergurua  Taman Siswa pada tahun 1922 yang diprakarsai oleh Ki Hajar Dewantara yang menanamkan nilai-nilai Nasionalisme di kalangan para siswanya. Dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dan didiriknnya beberapa kementrian pada waktu itu (ada Kantor Penempatan Kerja) yang salah satu kegiatannya dilakukan di Kantor Penempatan Tenaga Kerja yang maksudnya untuk menempatkan orang-orang agar dapat bekerja sesuai dengan kemampuannya dan ini menyerupai Vocational  Bureau yang didirikan oleh Frank Parsons di Boston. Di Indonesia, Pelayanan Konseling dalam system pendidikan Indonesia mengalami beberapa perubahan nama. Pada kurikulum 1984 semula disebut Bimbingan dan Penyuluhan (BP), kemudian pada Kurikulum 1994 berganti nama menjadi Bimbingan dan Konseling (BK) sampai dengan sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar