Resume Kelompok 1
A.
Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan
berasal dari kata to guide kemudian
menjadi guidance yang mempunyai arti menunjukkan,
membimbing, menuntun, ataupun membantu. Sedangkan
konseling diambil dari bahasa Inggris counseling
dulu diterjemahkan dengan penyuluhan (bersifat umum), sekarang diartikan
konseling itu sendiri (bersifat spesifik mengenai kejiwaan). Konseling adalah
bantuan pertolongan, tuntunan yang di berikan kepada seseorang untuk mengatasi
kesulitan atau masalah secara langsung berhadapan muka atau face to face relation untuk mencapai
kesejahteraan hidup. Jadi pengertian bimbingan dan konseling yaitu suatu bantuan yang
diberikan oleh konselor kepada konseli agar konseli mampu menyelesaikan masalah
yang dihadapinya dan juga mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya.
B.
Kondisi Bimbingan dan Konseling (BK) di Sekolah
Bimbingan
Konseling (BK) seolah menjadi topik yang tidak menarik untuk dibicarakan. Di Indonesia isu
tentang BK menjadi isu yang belum terlalu menjadi sorotan, kalaupun ada, namun
bukanlah menjadi sorotan nasional tetapi hanya sekedar sorotan lingkup daerah
saja. Ada beberapa paradigma yang berkaitan dengan BK di sekolah:
1.
Sekolah yang sadar betul pentingnya BK untuk
membangun karakter siswa.
2.
Sekolah yang sadar akan kedudukan BK dalam
pembentukan pribadi siswa, tetapi tidak didukung oleh materi, tenaga dan
yayasan atau pemerintah.
3.
Sekolah yang masih menerapkan manajemen BK “jadul”.
C.
Landasan Psikologis Bimbingan dan
Konseling
Landasan psikologis merupakan
landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku
individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan
konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah
tentang: (1) motif dan motivasi, terdapat dua motif yaitu motif primer dan
motif sekunder, selanjutnya motif-motif tersebut diaktifkan dan digerakan baik
motivasi intrinsik (dalam diri individu) maupun motivasi ekstrinsik (dari luar
individu); (2) konflik dan frustasi, terdapat konflik
mendekat-mendekat, konflik mendekat-menjauh, dan onflik menjauh-menjauh,
sedangkan frustasi ada yang disebut frustasi lingkungan, frustasi pribadi, dan
frustasi konflik; (3)
sikap; pembawaan dan lingkungan, dan perkembangan individu; (4) penyesuaian
diri, dapat berupa penyesuain normal atau penyesuaian menyimpang; (5) belajar; dan (6) kepribadian, di
dalamnya terdapat kecerdasan, kreativitas, dan stres.
D. Landasan Sosiologis (Sosial-Budaya)
Bimbingan dan Konseling
Kebudayaan akan bimbingan timbul karena terdapat faktor yang
menambah rumitnya keadaan masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktor
tersebut seperti: (1) perubahan
kontelasi keuangan; (2)
perkembagan pendidikan; (3)
dunia-dunia kerja; (4)
perkembangan kota metropolitan; (5)
perkembangan komunikasi; (6) seksisme dan rasisme; (7) kesehatan mental; (8)
perkembangan teknologi; (9) kondisi moral dan keagamaan; (10) kondisi sosial
ekonomi. Menurut
Pedersen, dkk ada 5 macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi
dan penyesuaian diri antarbudaya yaitu sumber-sumber berkenaan dengan perbedaan
bahasa, komunikasi non-verbal, stereotip, kecenderungan menilai, dan kecemasan. Perbedaan dalam latar belakang ras atau
etnik, kelas sosial ekonomi dan pola bahasa menimbulkan masalah dalam hubungan
konseling.
E.
Landasan
Pedagogis Bimbingan dan Konseling
Sunaryo kartadinata (2011: 23) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling
adalah upaya pedagogis untuk memfasilitasi perkembangan individu dari kondisi
apa adanya kepada kondisi bagaimana seharusnya sesuai dengan potensi yang
dimiliki oleh setiap individu, sehingga bimbingan dan konseling adalah sebuah
upaya normatif. Myrick (Kartadinata, 2011: 24) menegaskan bahwa: (1) Bimbingan meresap ke dalam kurikulum
sekolah atau proses pembelajaran yang bertujuan untuk memaksimumkan
perkembangan potensi individu; (2) Bimbingan
menembus konstelasi layanan yang terarah kepada pengambangan pribadi, karir,
dan penyesuaian sekolah, yang secara umum dilaksanakan oleh pendidik
professional. Tohirin (2007:
103) mengatakan bahwa landasan bimbingan dan konseling setidaknya berkaitan
dengan: (1) Pendidikan sebagai upaya pengembangan individu dan bimbingan
merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan, (2) Pendidikan sebagai inti
proses bimbingan dan konseling, dan (3) pendidikan lebih lanjut sebagai inti
tujuan bimbingan dan konseling.
F.
Landasan Agama Bimbingan dan Konseling
Dalam landasan agama bimbingan dan
konseling diperlukan penekanan
pada 3 hal pokok, yaitu; (1) Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam
adalah mahluk tuhan, (2) Sikap yang mendorong perkembangan dan
perikehidupan manusia berjalan kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama,
dan (3) Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara
optimal suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan
kaidah-kaidah agama untuk membentuk perkembangan dan pemecahan masalah
individu. Konselor dituntut memiliki pemahaman tentang hakikat
manusia menurut agama dan peran agama dalam kehidupan umat manusia,
sehingga penting sekali untuk mengetahui hakikat manusia menurut agama, peranan agama, dan
persyaratan konselor.
G.
Landasan
Perkembangan IPTEK Bimbingan dan Konseling
Landasan ilmiah dan
teknologi membicarakan sifat keilmuan bimbingan dan konseling. Ilmu
bimbingan dan konseling adalah berbagai pengetahuan tentang bimbingan dan
konseling yang tersusun secara logis dan sistematik. Sebagai layaknya ilmu-ilmu
yang lain, ilmu bimbingan dan konseling mempunyai obyek kajiannya sendiri,
metode pengalihan pengetahuan yang menjadi ruang lingkupnya, dan sistematika
pemaparannya. Obyek kajian bimbingan
dan konseling ialah upaya bantuan yang diberikan kepada individu yang mangacu
pada ke-4 fungsi pelayanan yakni fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan dan
pemeliharaan/ pengembangan. Bimbingan
dan konseling merupakan ilmu yang bersifat multireferensial,
artinya ilmu dengan rujukan berbagai ilmu yang lain.
H.
Sejarah
Perkembangan Bimbingan dan Konseling
-
Sejarah Lahirnya Bimbingan Konseling
Gerakan
bimbingan lahir pada tanggal 13 Januari 1908 di Amerika, dengan didirikannya
suatu vocational bureau tahun 1908 oleh Frank Parsons. Disinilah
pertama kalinya istilah Bimbingan (Vocational Guidance) dikenal,
tepatnya pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 di Boston. Pada masa yang hampir bersamaan,
seorang konselor di Detroit Jasse B. Davis mulai memberikan
layanan Konseling Pendidikan dan pekerjaan di SMA (1898). Eli Weaver pada tahun 1905 mendirikan
sebuah komite yang diketuainya sendiri yaituStudents Aid Committee Of The High School di New york. Jika
dilihat dari perkembangannya, Bimbingan Konseling mula-mulanya hanya dikenal
sebatas pada bimbingan pekerjaan (Vocational Guidance), namun
sebenarnya tidak hanya itu, di sisi lain perkembangan Bimbingan Konseling pun
merambah kebidang pendidikan (Education Guidance) yang
dirintis oleh Jasse B. Davis. dan sekarang dikenal pula adanya bimbingan dalam
segi kepribadian (Personal Guidance).
I.
Perkembangan
Bimbingan dan Konseling di Indonesia
Di
Indonesia sendiri, praktek Bimbingan Konseling sebenarnya sudah lama
diperankan, seperti berdirinya organisasi pemuda Budi Utomo pada tahun 1908,
himgga pada periode selanjutnya berdirilah pergurua Taman Siswa pada
tahun 1922 yang diprakarsai oleh Ki Hajar Dewantara yang menanamkan nilai-nilai
Nasionalisme di kalangan para siswanya. Dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945 dan didiriknnya beberapa kementrian pada waktu itu (ada Kantor
Penempatan Kerja) yang salah satu kegiatannya dilakukan di Kantor
Penempatan Tenaga Kerja yang maksudnya untuk menempatkan orang-orang agar dapat
bekerja sesuai dengan kemampuannya dan ini menyerupai Vocational Bureau yang
didirikan oleh Frank Parsons di Boston. Di Indonesia, Pelayanan Konseling dalam system pendidikan
Indonesia mengalami beberapa perubahan nama. Pada kurikulum 1984 semula disebut
Bimbingan dan Penyuluhan (BP), kemudian pada Kurikulum 1994 berganti nama
menjadi Bimbingan dan Konseling (BK) sampai dengan sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar